MENYEBARKAN SALAM
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا، وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَ لاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Kamu tidak akan masuk ke Surga hingga kamu beriman, kamu tidak akan beriman secara sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah kamu kutunjukkan sesuatu, apabila kamu lakukan akan saling mencintai? Biasakan mengucapkan salam di antara kamu.” [1]
ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ اْلإِيْمَانَ: اْلإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ، وَاْلإِنْفَاقُ مِنَ اْلإِقْتَارِ
“Ada tiga perkara, barangsiapa yang bisa mengerjakannya, maka sungguh telah mengumpulkan keimanan: 1. Berlaku adil terhadap diri sendiri; 2. Menyebarkan salam ke seluruh penduduk dunia; 3. Berinfak dalam keadaan fakir.” [2]
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ : أَيُّ اْلإِسْلاَمِ خَيْرٌ، قَالَ: تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَـمْ تَعْرِفْ
Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu’anhuma, dia berkata: “Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah engkau memberi makanan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal.” [3]
DOA KETIKA BERSIN
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: [4] apabila seseorang di antara kamu bersin, hendaklah mengucapkan:
الْـحَمْدُ لِلَّهِ
(Segala puji bagi Allah),
lantas saudara atau temannya mengucapkan:
يَرْحَمُكَ اللهُ
(Semoga Allah memberi rahmat kepadamu),
bila teman atau saudaranya mengucapkan demikian, bacalah:
يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
(Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu).
DOA UNTUK ORANG YANG BERBUAT KEBAIKAN PADAMU
جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا
“Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan” [5]
DOA KEPADA ORANG BERKATA: AKU SENANG KEPADAMU KARENA ALLAH (UHIBBUKA FILLAH)
أَحَبَّكَ الَّذِيْ أَحْبَبْتَنِي لَهُ
“Semoga Allah mencintai kamu yang cinta kepadaku karena-Nya.” [6]
DOA UNTUK ORANG YANG MENGATAKAN: BAARAKALLAHU FIIKA
وَفِيْكَ بَارَكَ اللهُ
“Semoga Allah juga melimpahkan berkah kepadamu.” [7]
DOA KEPADA ORANG YANG BERKATA: GHAFARALLAAHU LAKA
وَلَكَ
“Begitu juga kamu.” [8]
APABILA MEMUJI TEMANNYA
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا صَاحِبَهُ لاَ مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسِبُ فُلاَنًا وَاللهُ حَسِيْبُهُ وَلاَ أُزَكِّيْ عَلَى اللهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ -إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَاكَ- كَذَا وَكَذَا
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Apabila seseorang harus memuji saudaranya, katakanlah: ‘Aku kira Fulan .. dan Allah-lah yang mengawasi perbuatannya. Dan aku tidak akan memuji seseorang dihadapan Allah’. Apabila seseorang mengetahui hendaklah berkata: ‘Aku kira begini dan begini’.” (HR. Muslim 4/2296)
BACAAN BILA DIPUJI ORANG
اَللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْنَ، وَاغْفِرْلِيْ مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ [وَاجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ]
Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. [dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan]. [9]
MENDOAKAN KEPADA ORANG YANG ANDA CACI
اللَّهُمَّ فَأَيُّـمَا مُؤْمِنٍ سَبَبْتُهُ فَاجْعَلْ ذَلِكَ لَهُ قُرْبَةً إِلَيْكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Allah, siapa saja di antara orang mukmin yang kucaci, jadikanlah sebagai sarana yang mendekatkan dirinya kepada-Mu di hari Kiamat.” [10]
SYARAH MENYEBARKAN SALAM
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا، وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَ لاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman secara sempurna hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu, apabila kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian."' [11]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.
Sesungguhnya menyebarkan salam adalah penyebab munculnya kecintaan, karena salam tidak mungkin melainkan dari hati yang jernih, tawadhu', dan kerendahan hati. Maka, siapa saja yang memiliki hati yang jernih, tawadhu' dan kerendahan hati, akan dicintai orang banyak. Ketahuilah bahwa orang-orang zalim dan sombong tidak mengucapkan salam kepada orang lain melainkan sangat sedikit. Yang demikian karena kesombongan, kebanggaan, dan kecongkakan mereka. Maka, tidak ayal lagi, semua orang marah kepadanya. Sehingga sikapnya meninggalkan salam menjadi sebab permusuhan dan kebencian orang.
Ungkapan أَفْشُوا ' sebarkan’, dari kata الْإِفْشَاءُ yang artinya penyebaran dan memperbanyak. Dalam hadits itu perintah yang agung untuk menyebarkan salam dan meratakannya kepada semua kaum Muslimin, baik yang engkau kenal atau yang tidak engkau kenal.
Salam adalah penyebab pertama hati untuk saling berlemah-lembut dan merupakan kunci untuk menarik kecintaan. Dari penyebarannya mengokohkan kelemah-lembutan antara sebagian satu dan sebagian lain di kalangan kaum Muslimin dan juga menunjukkan syiar mereka yang berbeda daripada yang lain di kalangan masyarakat beragama. Dengan apa yang ada di dalamnya berupa latihan jiwa, selalu bertawadhu', dan mengagungkan kemuliaan kaum Muslimin.
ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ اْلإِيْمَانَ: اْلإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ، وَاْلإِنْفَاقُ مِنَ اْلإِقْتَارِ
"Ada tiga perkara, barangsiapa yang bisa mengerjakannya, maka sungguh telah mengumpulkan keimanan: berlaku adil terhadap dirimu sendiri, menyebarkan salam ke seluruh manusia, dan berinfak dalam keadaan fakir." [12]
Ini adalah atsar dari Ammar bin Yasir Radhiyallahu Anhu.
Ungkapan اْلإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ ' berlaku adil terhadap dirimu sendiri’. Inilah yang pertama. Berlaku adil berkonsekuensi menunaikan semua hak Allah, semua yang Dia perintahkan, menjauhi segala yang Dia larang, menunaikan kepada manusia semua hak mereka, tidak meminta apa-apa yang bukan miliknya, dan juga harus berlaku adil dengan tidak menjerumuskan semua itu ke dalam keburukan sama sekali.
Ungkapan وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ 'menyebarkan salam ke seluruh penduduk dunia'. Ini yang kedua. Artinya, untuk semua manusia. Ini berkonsekuensi bahwa dia tidak akan menyombongkan diri di hadapan siapa pun. Juga tiada pemisah antara dia dan orang lain, sehingga enggan memberikan salam kepadanya.
Ungkapan وَاْلإِنْفَاقُ مِنَ اْلإِقْتَارِ 'berinfak dalam keadaan fakir'. Inilah yang ketiga, dengan kata lain, kesempitan yang dirasakannya dalam harta. Dikatakan أَقْتَرَ اللهُ رِزْقَهُ artinya bahwa Allah menyempitkan atau menjadikan rezekinya sedikit. Sedangkan 'berinfak sekalipun dalam kesempitan rezeki' berkonsekuensi adanya kesempurnaan kepercayaan kepada Allah Ta'ala, tawakal kepada-Nya, dan lapang dada kepada kaum Muslimin dan lain sebagainya.
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ : أَيُّ اْلإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ: تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
"Dan Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, 'Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, manakah ajaran Islam yang baik? Rasul bersabda. 'Hendaklah engkau memberi makan. mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal'." [13]
Ungkapan أَيُّ اْلإِسْلاَمِ خَيْرٌ ' Islam yang bagaimana yang paling bagus itu?', dengan kata lain, adab-adab Islam dan sifat-sifat pemeluknya yang paling baik? Beliau menjawab: تُطْعِمُ الطَّعَامَ ' engkau memberikan makan', dan tidak mengatakan: اِطْعَامُ الطَّعَامَ dan tidak juga mengatakan: وَإِلْقَا السَّلاَم agar dengan bentuk jawaban yang demikian diketahui bahwa manusia itu bertingkat-tingkat dalam sifat-sifat itu sesuai dengan kondisinya dan tingkat pengetahuan mereka. Dua macam sifat tersebut di atas keduanya sesuai dengan kondisi orang yang bertanya. Keduanya itu lebih baik baginya ditinjau dari dirinya dan bukan dari seluruh kaum Muslimin. Atau kita katakan, "Bahwa beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab pertanyaannya dengan menisbatkan kata kerja langsung kepada dirinya agar menjadi lebih menjurus kepada perbuatan darinya. Sedangkan bentuk khabar kadang-kadang masuk ke dalam posisi perintah, dengan kata lain, أَطْعِمِ الطَّعَامَ dan أَقْرِيْءِ السَّلاَمَ 'berikan makanan dan sampaikan salam'.
Ungkapan
وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ '
dan mengucapkan salam kepada siapa saja yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal ', dengan kata lain, engkau ucapkan salam kepada setiap orang yang engkau jumpai, baik engkau kenal atau tidak engkau kenal, dan jangan engkau khususkan kepada orang-orang yang telah engkau kenal sebagaimana dilakukan kebanyakan orang.Kemudian keumuman ini khusus bagi kaum Muslimin, maka tidak boleh mengucapkan salam terlebih dahulu kepada orang kafir.
SYARAH DOA ORANG YANG BERSIN
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُل: اَلْـحَمْدُ لِلَّهِ، وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوْهُ أَوْ صَاحِبُهُ: يَرْحَمُكُ اللهُ، فَإِذَا قَالَ لَهُ: يَرْحَمُكَ اللهُ فَلْيَقُلْ: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
"Jika salah seorang di antara kalian bersin hendaknya dia mengucapkan: اَلْـحَمْدُ لِلَّهِ ' Segala puji hanya bagi Allah'. Sedangkan saudara atau sahabatnya hendaknya mengucapkan kepadanya: يَرْحَمُكُ اللهُ 'Semoga Allah merahmatimu'. Jika dia mengatakan kepadanya: يَرْحَمُكُ اللهُ 'Semoga Allah merahmatimu', maka dia harus mengucapkan يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ 'Semoga Allah memberimu petunjuk dan membaguskan kondisimu'." [14]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.
Ungkapan وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوْهُ أَوْ صَاحِبُهُ 'sedangkan saudara atau sahabatnya hendaknya mengucapkan'. Terdapat suatu keraguan dari perawi.
Ungkapan يَرْحَمُكُ اللهُ 'semoga Allah merahmatimu'. Ini bisa berkemungkinan sebagai do'a memohon rahmat, dan bisa juga sebagai informasi yang menyenangkan orang, dengan kata lain, itu adalah rahmat untukmu.
Ungkapan فَإِذَا قَالَ لَهُ: يَرْحَمُكَ اللهُ فَلْيَقُلْ: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ 'jika dia mengatakan kepadanya: يَرْحَمُكَ اللهُ 'semoga Allah merahmatimu, maka dia harus mengucapkan: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ 'semoga Allah memberimu petunjuk dan membaguskan kondisimu'. Konsekuensinya adalah bahwa proses ini tidak disyariatkan melainkan bagi orang yang dido'akan (dengan kata-kata يَرْحَمُكَ اللهُ) ketika bersin. Dan lafazh ini (يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ) adalah jawaban do'a (يَرْحَمُكَ اللهُ)
Dalam lafazh lain, ungkapan الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ 'segala puji hanya bagi Allah dalam kondisi apa pun'. [15] Ini pula adalah jawaban tasymit (jawaban bagi orang yang dido'akan dengan kata-kata يَرْحَمُكَ اللهُ ' -red.). Dengan demikian, maka seseorang seharusnya memakai yang ini dan kadang-kadang memakai yang itu.
Ungkapan بَالَكُمْ ' kondisi kalian semua', dengan kata lain, kondisi dan kenyataan kalian dalam agama dan dunia yang penuh dengan taufik, pelurusan, dan dukungan.
SYARAH
DOA UNTUK ORANG
BERBUAT BAIK KEPADA ANDA
جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا
"Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan." [16]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhu.
Seutuhnya hadits ini adalah sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam,
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ: جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ
"Barangsiapa mendapatkan orang lain berbuat baik kepadanya, lalu dia mengatakan kepada kawannya itu: جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا 'Semoga Allah memberimu balasan yang baik', maka dia telah cukup menyampaikan kesyukurannya."
Ungkapan فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ 'maka dia telah cukup menyampaikan kesyukurannya', dengan kata lain, telah sangat dalam menyampaikan kesyukurannya. Dengan demikian, berarti dia mengakui keterbatasannya dan dirinya termasuk orang yang tidak mampu memberi balasan dan pujian untuknya. Sehingga menyerahkan pemberian balasan kepada Allah, agar sudi kiranya memberikan balasan yang lebih banyak.
Sebagian mereka mengatakan, "Jika tangan engkau terlalu pendek untuk memberikan balasan, hendaknya memperpanjang lisan untuk berterimakasih dan berdo'a untuknya."
SYARAH DOA UNTUK ORANG YANG MENGATAKAN,
إِنِّي
أُحِبُّكَ
فِي اللهِ
(SESUNGGUHNYA AKU CINTA
KEPADAMU KARENA ALLAH)
أَحَبَّكَ الَّذِيْ أَحْبَبْتَنِي لَهُ
"Semoga Allah mencintaimu, karena engkau telah mencintaiku karena-Nya." [17]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu.
Sedangkan seutuhnya hadits ini adalah ucapannya Radhiyallahu Anhu,
أَنَّ رَجُلًا كَانَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ هَذَا فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمْتَهُ قَالَ لَا قَالَ أَعْلِمْهُ قَالَ فَلَحِقَهُ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّهِ فَقَالَ أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ
"Seseorang sedang berada bersama Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam . Tiba-tiba seseorang berlalu di dekatnya. Maka, dia berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintainya.' Maka, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pun bersabda kcpadanya, 'Apakah engkau telah beritahu dia akan hal itu?' Dia menjawab, 'Tidak.' Beliau bersabda, 'Beritahu dia.' Maka, pria itu pun menjumpainya lalu berkata kepadanya, 'Sesungguhnya aku cinta kepadamu karena Allah.' Maka, orang itu pun berkata, 'Semoga engkau dicintai Allah Dzat Yang engkau mencintaiku karena-Nya.'"
Ungkapan أَعْلَمْتَهُ 'apakah engkau telah beritahu dia akan hal itu?', bentuk pertanyaan dengan menghilangkan kata tanya, dengan kata lain, أَأَعْلَمْتَهُ atau هَلْ أَعْلَمْتَهُ.
Ungkapan أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ ' semoga engkau dicintai Allah Dzat Yang engkau mencintaiku karena-Nya ', dengan kata lain, demi Dzat itu. Ini adalah do'a dan bukan kalimat berita.
Al-Khaththabi Rahimahullah berkata, "Artinya perintah untuk saling mencintai dan saling lemah-lembut. Karena jika orang pertama memberitahukan bahwa dirinya mencintai orang kedua tersebut, maka hatinya menjadi condong dan memperoleh cintanya pula."
SYARAH DOA BAGI ORANG YANG MENGATAKAN,
بَارَكَ
اللهُ
فِيْكَ
(SEMOGA ALLAH MEMBERKAHIMU)
وَفِيْكَ بَارَكَ اللهُ
"Semoga Allah juga melimpahkan berkah kepadamu." [18]
Ini adalah sebuah atsar dari Aisyah Radhiyallahu Anha.
Seutuhnya Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
أَهْدَيْتُ لِلرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَاةً، قَالَ: اِقْسِمِيْهَا، فَكَنْتُ إِذَا رَجَعَ الْخَادِمُ أَقُوْلُ: مَاقَالُوْا؟ قَالَ: يَقُوْلُوْنَ: بَارَكَ اللهُ فِيْكُمْ، فَأَقُوْلُ: وَفِيْهِمْ بَارَكَ اللهُ، نُرُدُّ عَلَيْهِمْ مِثْلَ مَا قَالُوْا، وَيَبْقَى أَجْرُنَا لَنَا
"Aku memberikan hadiah seekor kambing kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda, 'Bagilah ia! Jika seorang pembantu pulang, aku selalu bertanya, ' Apa yang mereka katakan? Dia menjawab, 'Mereka mengatakan: بَارَكَ اللهُ فِيْكُمْ ' Semoga Allah memberkahi kalian semua.' Maka, kukatakan: وَفِيْهِمْ بَارَكَ اللهُ 'Semoga Allah memberkahi mereka pula. Kami membalas ucapan mereka sebagaimana yang mereka ucapkan sehingga tetaplah pahala kami."
Ungkapan إِذَا رَجَعَ الْخَادِمُ ' jika seorang pembantu pulang'. الْخَادِمُ ' pembantu' adalah bentuk tunggal dari الْخُدَمَ, berlaku untuk laki-laki dan perempuan di kalangan mereka.
Dalam hadits ini boleh memberikan hadiah dan menerimanya. Dan disunnahkan membaginya di antara para kerabat dan kawan serta para tetangga jika barangnya termasuk yang boleh dibagi-bagi.
Dalam hadits itu juga sangat disukai do'a permohonan berkah bagi pemberi hadiah. Demikian juga do'a pemberi hadiah untuk penerima hadiah.
SYARAH DOA UNTUK ORANG YANG MENGUCAPKAN,
غَفَرَ
اللَّهُ
لَكَ
(SEMOGA ALLAH MENGAMPUNIMU)
وَلَكَ
"Begitu juga kamu." [19]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abdullah bin Sirjis Radhiyallahu Anhu.
Seutuhnya hadits ini adalah dari ucapan Abdullah bin Sirjis Radhiyallahu Anhu,
رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكَلْتُ مَعَهُ مِنْ طَعَامِهِ فَقُلْتُ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَكَ قَالَ قُلْتُ لِعَبْد الله أَسْتَغْفَرَ لَكَ قَالَ نَعَمْ وَلَكُمْ ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ الآيَةَ: وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
"Aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan aku sedang makan dari makanan beliau. Aku mengatakan, 'Semoga Allah mengampuni dosamu, ya Rasulullah.' Beliau menjawab, 'Dan juga dosamu.' Perawi berkata, 'Kemudian kukatakan kepada Abdullah, 'Aku mohonkan ampun untukmu’ Dia menjawab, 'Ya, dan juga untukmu.' Kemudian dia membaca ayat: '... Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan.' (QS. Muhammad: 19).
SYARAH APA YANG DIKATAKAN SEORANG
MUSLIM JIKA MEMUJI MUSLIM LAINNYA
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا صَاحِبَهُ لَا مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلَانًا وَاللَّهُ حَسِيبُهُ وَلَا أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَاكَ كَذَا وَكَذَا
"Apabila seseorang harus memuji saudaranya, katakan-lah, 'Aku kira fulan ... dan Allah-lah yang mengawasi perbuatannya. Dan aku tidak akan merekomendasikan seseorang di hadapan Allah.' Apabila seseorang mengetahui hendaklah berkata, "Aku kira begini dan begini?" [20]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Bakarah Radhiyallahu Anhu.
Di dalamnya terdapat ucapannya Radhiyallahu Anhu,
مَدَحَ رَجُلٌ رَجُلًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقَالَ وَيْحَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ -مِرَارًا-ثُـمَّ قَالَ:...
"Seseorang memuji seorang yang lainnya di hadapan NabiShallallahu Alaihi wa Sallam, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Celaka engkau, engkau telah patahkan leher sahabatmu, engkau telah patahkan leher sahabatmu -berkali-kali-, kemudian bersabda ...."
Ungkapan قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ 'engkau telah patahkan leher sahabatmu', dengan kata lain, engkau telah hancurkan dia. Ini adalah istiarah 'kiasan' berupa pematahan leher yang maksudnya adalah pembunuhan, karena kesamaan keduanya dalam kebinasaan. Akan tetapi, binasanya orang yang dipuji dalam agamanya, dan bisa juga dari aspek keduniaan karena tidak jelas padanya bagaimana kondisinya ketika takjub.
Ungkapan وَلَا أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا 'dan aku tidak akan merekomendasikan seseorang di hadapan Allah', dengan kata lain, aku tidak memutuskan akibat seseorang atau perasaannya. Karena semua itu tidak terlihat oleh kami. Akan tetapi, aku mengira dan menyangka karena adanya kenyataan yang berkonsekuensi demikian.
An-Nawawi Rahimahullah berkata, "Telah ada banyak hadits dalam kitab ash-shahihain berkenaan dengan pujian langsung. Para ulama berkata, 'Cara menggabungkan antara keduanya adalah bahwa larangan diarahkan kepada keadaan keterlaluan dalam memuji dan berlebih-lebihan menyebutkan sifat. Atau kepada orang yang takut timbul fitnah berupa ujub atau lainnya jika mendengar pujian. Sedangkan orang yang tidak takut hal-hal seperti itu karena kesempumaan takutnya, kedalaman akal, dan pengetahuannya, maka tiada larangan untuk memujinya secara langsung, jika dalam pujiannya tidak keterlaluan, bahkan jika dengan demikian justru tercapai suatu kemaslahatan, seperti semangat menuju kebaikan dan pertambahannya serta konsisten padanya atau mengikutinya, maka sangat dianjurkan dan disukai.' Wallahu A'lam."
SYARAH APA YANG HARUS DIKATAKAN SEORANG
MUSLIM JIKA IA DIREKOMENDASIKAN OLEH
SESEORANG
اَللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْنَ، وَاغْفِرْلِيْ مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ [وَاجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ]
"Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketakan. (Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan)." [21]
Ini adalah sebuah atsar yang datang dari para shahabat Radhiyallahu Anhum.
Adiy bin Arthaah Radhiyallahu Anhu berkata,
كَانَ الرَّجُلُ مِنْ أَصْحابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا زُكِّيَ، قَالَ: ...
"Jika seseorang diantara para shahabat Sabi Shallallahu Alaihi wa Sallam direkomendasikan oleh seseorang, ia berkata..."
Ungkapan إِذَا زُكِّيَ 'jika direkomendasikan oleh seseorang', dengan kata lain, disebutkan dengan sifat-sifat yang bagus dan dipuji.
Ungkapan لاَ تُؤَاخِذْنِيْ 'tidak menghukumku', dengan kata lain, jangan hukum aku.
Ungkapan بِمَا يَقُوْلُوْنَ 'karena apa yang mereka katakan', yakni berupa berbagai macam pujian dan sifat yang baik dan indah untukku.
Ungkapan وَاغْفِرْلِيْ مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ 'ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui', yakni apa-apa yang mereka perbuat berupa berbagai macam dosa.
Dalam atsar ini dalil yang menunjukkan keagungan akhlak para shahabat. Mereka tidak tertipu dan tidak bahaya bagi mereka pujian orang-orang yang memuji mereka. Karena pengetahuan mereka akan kadar diri mereka dan pengakuan mereka dengan dosa-dosa dan keterbatasan mereka. Dan mereka sangat membutuhkan ampunan, rahmat, dan kebaikan Allah Ta'ala.
SYARAH
DOA UNTUK ORANG
YANG ENGKAU CACI
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُمَّ فَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ سَبَبْتُهُ فَاجْعَلْ ذَلِكَ لَهُ قُرْبَةً إِلَيْكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ya Allah, siapa Saja di antara orang Mukmin yang pernah kucaci, jadikanlah sarana yang mendekatkan dirinya kepada-Mu di hari Kiamat.'" [22]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.
Al-Qadhi Iyadh Rahimahullah berkata, "Bisa saja apa yang disebutkan berupa celaan dan do'a yang tidak disengaja atau diniatkan. Akan tetapi, berlaku dalam tradisi orang Arab menguatkan ucapannya, meneruskan perkataannya ketika sedang dalam kesulitan, penegasan akan cacian, dan bukan dengan niat terjadinya semua itu. Sebagaimana ucapan Aqra Halqi, 'Beruntunglah engkau ...', sehingga dia sangat ingin kesesuaian yang demikian dengan takdir, sehingga dia berjanji pada Rabbnya dan sangat ingin Dia menjadikan ucapannya itu sebagai rahmat dan taqarub."[]
[1] HR. Muslim 1/74, begitu juga imam yang lain.
[2] HR. Al-Bukhari dengan Fathul Baari 1/82, dari hadits ‘Amar secara mauquf muallaq.
[3] HR. Al-Bukhari dengan Fathul Baari 1/55, Muslim 1/65.
[4] HR. Al-Bukhari 7/125.
[5] HR. At-Tirmidzi 2035, lihat Shahihul Jami’ 6244, Shahih At-Tirmidzi 2/200.
[6] HR. Abu Dawud 4/333. Al-Albani menyatakan, hadits tersebut hasan dalam Shahih Sunan Abi Dawud 3/965.
[7] Ibnu Sunni hal. 138, no. 278, lihat Al-Waabilush Shayyib Iibnil Qayyim, hal. 304. Tahqiq Muhammad Uyun.
[8] HR. Ahmad 5/82, An-Nasa’i dalam ‘ Amalul Yaum wal Lailah hal. 218, no. 421.
[9] HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 761. Isnad hadits tersebut dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 585. Kalimat dalam kurung tambahan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 4/228 dari jalan lain.
[10] HR. Al-Bukhari dengan Fathul Baari 11/171, Muslim 4/2007, dan kalimatnya: “Jadikanlah sebagai pembersih dan rahmat”.
[11] Muslim (1/74) no. 54; dan selainnya.
[12] Al-Bukhari dalam Fathul Bari (1/82), sebelum hadits no. 28.
[13] Al-Bukhari dalam Fathul Bari (1/55) no. 12; dan Muslim (1/65) no. 39.
[14] Al-Bukhari, (7/125), no. 6224.
[15] Diriwayatkan Abu Dawud, no. 5033.
[16] Ditakhrij At-Tirmidzi, no. 2035. Dan lihatShahih Al-Jami’ (6244); dan Shahih At-Tirmidzi, (2/200).
[17] Ditakhrij Abu Dawud, (4/333), no. 5125; dan dihasankan Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, (3/965)
[18] Ditakhrij Ibnu As-Sunni, hlm. 138. no. 278. Lihat Al-Wabil Ash-Shayyib Ibn Al-Qayyim. karya Ibnu Al-Qayyim, hlm. 304. Tahqiq oleh Basyir Muhammad 'Uyun.
[19] HR. Ahmad, (5/82), An-Nasa'i, dalam 'Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, hlm. 218, no. 421. Tahqiq oleh Dr. Faruq Hammadah.
[20] Muslim. (4/2296). no. 3000: dan Al-Bukhari. no. 2662.
[21] Al-Bukhari dalam Adab Al-Mufrad, no. 761. Isnadnya dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Adab Al-Mufrad . no. 585. Apa yang ada diantara dua kurung adalah tambahan dan Al-Baihaqi dalam Syu'ab Al-lman (4/228) dari jalur lain.
[22] Al-Bukhari dalam Fathul Bari (11/171). no. 6361: dan Muslim. (4/2007). no. 2601. Lafazhnya: فَاجَعَلْهَا لَهُ زَكَاةً وَرَحْمَةً 'Jadikanlah sebagai pembersih dan rahmat.'
Posting Komentar
Posting Komentar