Do'a-Do'a Terpenting

Seorang hamba meminta kepada Rabbnya dari segala sesuatu yang diperlukan baik dari perkara agama dan dunianya, karena sesungguhnya gudang kekayaan seluruhnya hanya di tangan Allah عزّوجلّ. Allah عزّوجلّ berfirman,

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ عِندَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلاَّ بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ

"Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanah-nya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu." (QS. al-Hijr/15:21).

Dan Dialah Allah yang tidak ada yang bisa menahan terhadap apa yang Allah beri dan tidak ada yang bisa memberi terhadap apa yang Allah tahan, sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم,

اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

"Ya Allah, tidaklah ada yang dapat menghalangi terhadap apa yang Engkau beri dan tidaklah ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau halangi, dan kekayaan seorang yang kaya tidak akan memberikan manfaat di sisimu." (HR Muslim).

Maksudnya tidaklah bermanfaat kekayaan orang yang kaya darimu akan tetapi yang memberi manfaat adalah iman dan ketaatan. ( An-Nihayah fi Gharibul Hadits, Ibnul Atsir, jilid 1/244).

Dan Allah عزّوجلّ menyukai jika hamba-Nya meminta kepada-Nya seluruh kebaikan agama dan dunia mereka baik makanan dan minuman, sebagaimana mereka meminta kepadanya petunjuk dan ampunan, kesehatan, dan keselamatan di dunia dan di akhirat. ( Jami'ul 'Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab, 2/38-40).

Allah عزّوجلّ berfirman,

وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً

"Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. an-Nisaa’/4:32).

Dan dari Abu Mas'ud al-Badri رضي الله عنه berkata telah bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

سَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ أَنْ يُسْأَلَ وَأَفْضَلُ الْعِبَادَةِ انْتِظَارُ الْفَرَجِ

"Mohonlah karunia kepada Allah sesungguhnya Allah menyukai apa-bila diminta, dan ibadah yang paling utama adalah menunggu kelapangan." (HR. at-Tirmidzi).

Anas Ibnu Malik رضي الله عنه berkata telah bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

لِيَسْأَلْ أَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَاجَتَهُ كُلَّهَا حَتَّى يَسْأَلَ شِسْعَ نَعْلِهِ إِذَا انْقَطَعَ

"Hendaklah salah seorang di antara kamu memohon kepada Rabbnya seluruh kebutuhannya sampai memohon tali sendalnya apabila terputus." (HR. at-Tirmidzi dan dia menghasankannya, demikian pula Abdul Qadir al-Arna'uth di dalam tahqiq Jami'al-Ushul, 4/166).

Akan tetapi seorang hamba hendaklah memperhatikan terhadap perkara-perkara yang penting sekali di mana di dalamnya terdapat kebahagiaan yang hakiki dan dari hal yang terpenting itu sebagai berikut:

1. Memohon kepada Allah petunjuk.

Allah عزّوجلّ berfirman,

مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُ وَلِيّاً مُّرْشِداً

"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang pemimpin-pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. al-Kahfi/18:17).

Dan petunjuk itu ada dua macam: Petunjuk yang bersifat global yaitu petunjuk kepada iman dan islam dan hal ini terjadi untuk setiap Mukmin, dan yang kedua petunjuk yang sifatnya terperinci yaitu petunjuk untuk mengetahui perincian-perincian bagian iman dan Islam, dan membantunya untuk mengerjakan hal itu. Dan hal ini dibutuhkan oleh setiap Mukrnin malam dan siang hari, maka Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu membaca pada setiap raka'at shalat mereka firman Allah, اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ " Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." (QS. al-Fatihah/1:6).

Dan begitu juga Nabi صلى الله عليه وسلم membaca dalam do'anya sebagai pembukaan pada shalat malam:

اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنْ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

"Tunjukilah aku kepada kebenaran-kebenaran dengan izin Engkau, sesungguhnya Engkau menunjukkan siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus." (HR. Muslim).

Dan juga Nabi selalu mewasiatkan kepada Mu'adz Ibnu Jabal رضي الله عنه untuk berdo'a setiap selesai shalat:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

"Ya Allah, bantulah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan melaksanakan ibadah yang baik kepada-Mu." (HR. Abu Daud, An-Nasa'i dan dishahihkan oleh al-Albani).

Dan do'a istiftah (pembukaan) Nabi صلى الله عليه وسلم pada suatu saat malam:

اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ

"Tunjukilah aku untuk berakhlak yang baik tidaklah ada yang mampu memberikan petunjuk untuk perbaikan akhlak kecuali Engkau dan jauhkanlah dariku kejelekannya tidaklah ada yang menjauhkan dariku kejelekannya kecuali Engkau." (HR. Muslim).

Dan sungguh Nabi صلى الله عليه وسلم telah memerintahkan Ali Ibnu Abu Thalib رضي الله عنه untuk meminta kepada Allah petunjuk dan kebenaran:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk dan kebenaran." (HR. Muslim).

Dan juga mengajarkan al-Hasan Ibnu Ali رضي الله عنهما untuk membaca pada setiap qunut witir:

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ

"Ya Allah, tunjukilah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk." (HR. Ashabus Sunan dan dishahihkan oleh al-Albani).

2. Memohon kepada Allah pengampunan dosa.

Karena sesungguhnya permintaan terpenting yang diminta seorang hamba kepada Rabbnya adalah ampunan dari dosa-dosanya, keselamatan dari neraka dan masuk surga. (Jami'ul wal Hikam 2/41,404).

Seorang hamba berhajat kepada memohon ampunan atas segala dosanya dari Allah, karena seorang hamba melakukan kesalahan di malam dan di siang hari dan Allah mengampuni dosa-dosa seluruhnya, karena pentingnya perkara ini Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

"Hai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah, maka sesungguhnya aku bertobat kepada Allah dalam sehari seratuskali." (HR. Muslim).

Dan lafazh An-Nasa'i:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ

"Hai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan beristighfarlah kepada-Nya maka sesungguhnya aku bertobat dan meminta ampunan kepada Allah setiap hari seratus kali" (HR. An-Nasa'i).

Dari Abdullah Ibnu Umar رضي الله عنهما berkata, "Sesungguhnya kami menghitung Rasulullah صلى الله عليه وسلم di satu majlis mengucapkan seratus kali:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ

"Ya Rabb, ampunilah aku dan terimalah tobat diriku sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Albani).

Adapun lafazh Tirmidzi dalam riwayat Ahmad:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ

"Hai Rabb, ampunilah aku dan terimalah tobat atasku sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Pengampun." (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad).

Dan telah berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، غَفَرَ اللهُ لَهُ وَإِنْ كَانَ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ

"Barangsiapa yang berdo'a: Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dimana tiada ilah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, aku bertobat kepada Allah, maka Allah akan mengampuninya, walaupun dia lari dari peperangan." (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Allah عزّوجلّ berfirman,

وَمَن يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ غَفُوراً رَّحِيماً

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisaa’/4:110).

Dan Allah عزّوجلّ berfirman juga,

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. Thaha/20:82).

Dan dari Anas رضي الله عنه telah berkata, aku telah mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

"Allah عزّوجلّ berfirman, "Wahai anak Adam, selagi engkau minta dan berharap kepada-Ku maka Aku akan mengampuni bagimu atas segala dosa yang telah terlanjur dan tidak Aku perdulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit kemudian meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku beri ampunan bagimu. Wahai anak Adam jika engkau datang kepadaku dengan dosa sepenuh bumi tapi kamu tidak menyekutukan-Ku niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula." (HR. at-Tirmidzi, ad-Darimi, dan dihasankan oleh al-Albani).

Kata "Istighfar" sering disebutkan bersama kata "Taubah" di dalam satu kalimat, maka kata istighfar pada saat itu berarri suatu ungkapan meminta ampunan dengan lisan dan taubah berarti meninggalkan dosa-dosa dengan hati dan seluruh organ tubuh, dan Allah telah menjanjikan dalam surat Ali Imran ayat 135 dengan suatu ampunan bagi orang yang meminta ampunan dari dosa-dosanya dan tidak terus menerus (berhenti) dari melakukan dosa.

Setiap kata Istighfar di dalam al-Qur'an atau hadits bermakna memohon ampunan dosa dan meninggalkan dosa tersebut dengan hati dan seluruh anggota tubuh. Adapun orang yang beristighfar dengan lisan sedangkan hatinya terus berbuat dosa maka hal ini hanya bersifat do'a, jika Allah kehendaki Dia mengabulkan dan jika menghendaki Dia menolaknya, bahkan terkadang terus menerus melakukan dosa dapat menjadi penghalang terkabulnya do'a. ( Jami'ul wal Hikam 2/407-411).

Dan dari Abdullah Ibnu Amr Ibnu Ash رضي الله عنهما dari Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,

ارْحَمُوا تُرْحَمُوا وَاغْفِرُوا يَغْفِرْ اللَّهُ لَكُمْ وَيْلٌ لِأَقْمَاعِ الْقَوْلِ وَيْلٌ لِلْمُصِرِّينَ الَّذِينَ يُصِرُّونَ عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Sayangilah, niscaya kalian akan disayang, dan maafkanlah, niscaya Allah akan mengampuni kalian, celakalah bagi Aqma'il qaulu [1] dan celakalah bagi orang yang terus menerus melakukan dosa sedang mereka mengetahui." (HR. Ahmad, Al Bukhari di dalam Adab al-Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Jika seseorang mengatakan saya beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya maka ada dua kemungkinan:

Keadaan pertama:

Dia mengatakan hal itu tapi hatinya terus berbuat maksiat, maka dia dusta, karena dia mengatakan bertaubat padahal dia tidak meninggalkan dosa dengan hati dan anggota tubuhnya.

Keadaan yang kedua:

Dia meninggalkan maksiat dengan hatinya dan memohon kepada-Nya tobat nasuha dan berjanji kepada Allah untuk tidak kembali ke dalam maksiat, maka sesungguhnya tekad untuk meninggalkan maksiat wajib atasnya, ucapannya "aku bertobat kepada-Nya" mengabarkan tentang keinginan untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya.

3. Memohon kepada Allah surga dan berlindung kepada-Nya dari neraka.

Sebagaimana hadits Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya kepada seorang iaki-laki: "Apa yang kamu katakan dalam shalat?" Dia menjawab, "Saya bersyahadat kemudian saya memohon surga kepada Allah dan aku berlindung kepada-Nya dari neraka", demi Allah sungguh bagus pembicaraanmu dan juga pembicaraan Mu'adz, lalu beliau bersabda, "Sekitar itu juga permohonan kami." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah serta dishahihkan oleh Al-Albani).

Yaitu sekitar memohon kepada Allah surga dan berlindung memohon keselamatan dari neraka.

Dan dari Anas Ibnu Malik رضي الله عنه berkata, telah bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَتْ الْجَنَّةُ اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ اسْتَجَارَ مِنْ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَتْ النَّارُ اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنْ النَّارِ

"Barangsiapa memohon kepada Allah surga tiga kali, maka surga itu berkata, "Ya Allah, masukanlah dia ke surga," dan barangsiapa memohon keselamatan dari neraka tiga kali, berkata neraka itu, "Ya Allah, selamatkanlah ia dari neraka. "(HR. at-Tirmidzi, lbnu Majah dan selain keduanya, dan dishahihkan oleh al-Albani).

Dari Rabi'ah Ibnu Ka'ab al-Aslami رضي الله عنه berkata, "Aku bermalam bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم lalu aku datangkan air wudhu dan juga keperluannya lalu beliau berkata kepadaku, 'Mintalah', lalu aku berkata "Aku memohon menemanimu di surga, lalu beliau berkata, 'Adakah selain itu?' Lalu aku berkata hanya itu. Lalu beliau berkata, "Bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud." (HR. Muslim).

Dan ini menunjukkan atas sempurnanya pemikiran Rabi'ah رضي الله عنه dan kecintaannya terhadap permohonan yang paling agung dan kekal lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menunjukkan untuk memperbanyak sujud. Sebagaimana hadits Tsauban رضي الله عنه bahwasanya dia berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, "Kabarkanlah kepadaku suatu amalan yang aku kerjakan akan memasukkanku ke surga," atau dia mengatakan dengan amalan yang sangat dicintai Allah, lalu dia bersabda,

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

"Hendaklah kamu perbanyak sujud kepada Allah, maka sesungguhnya kamu tidaklah sujud kepada Allah kecuali Allah akan mengangkat dengannya suatu derajat dan dihapuskan darimu dengannya suatu kesalahan." (HR. Muslim).

4. Memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

Sebagaimana hadits al-Abbas Ibnu Abdul Muthalib رضي الله عنه ia berkata, "Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, ajarilah kepadaku sesuatu yang aku memohonnya kepada Allah?' Lalu beliau bersabda, 'Mintalah kepada Allah kesehatan dan kekuatan.' Lalu aku berdiam beberapa hari kemudian aku datang kembali dan berkata, 'Wahai Rasulullah, ajarilah kepadaku sesuatu yang aku memohonnya kepada Allah?' Lalu beliau berkata kepadaku, 'Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah, mintalah kepada Allah keselamatan di dunia dan diakhirat." (HR. at-Tirmidzi dan disahihkan oleh al-Albani).

Dan hadits dari Abu Bakar as-Shiddiq رضي الله عنه bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم berkata di atas mimbar:

اسْأَلُوا اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنْ الْعَافِيَةِ

"Mintalah kepada Allah ampunan dan keselamatan, maka sesungguhnya seseorang tidaklah diberi setelah yakin sesuatu yang lebih baik dari keselamatan." (HR. at-Tirmidzi dan dihasankan oleh al-Albani).

5. Memohon kepada Allah keteguhan di atas dien dan akibat yang baik pada setiap urusan.

Sebagaimana hadits Abdullah Ibnu 'Amr Ibnul Ash رضي الله عنهما, beliau mendengar Rasulullah bersabda,

إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

"Sesungguhnya hati-hati Bani Adam seluruhnya di antara dua jemari dari jemari Allah Maha Pengasih. Seperti satu hati yang Allah mengelolanya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Ya Allah, Dzat Yang membolak-balik hati, tetapkanlah hati-hati kami di atas ketaatan kepada-Mu." (HR. Muslim).

Dan dari hadits Ummu Salamah رضي الله عنها ketika ditanya tentang do'a yang banyak diucapkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم ketika di sisi-Nya, dia menjawab bahwa beliau banyak berdo'a:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetap teguhkanlah hati aku di atas agama-Mu. "

Lalu Ummu Salamah bertanya kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau memperbanyak do'a:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetap teguhkanlah hati ku di atas agama-Mu. "

Lalu beliau bersabda,

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

"Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidaklah seorang Bani Adam kecuali hatinya di antara duajemari dari jari-jemari Allah, maka apabila Allah kehendaki, Allah luruskan dan barangsiapa Allah kehendaki, Allah palingkan." (HR. at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani).

Dan juga hadits Busr Ibnu Arthaah رضي الله عنه ia berkata bahwa aku telah mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْآخِرَةِ

"Ya Allah, jadikanlah akibat (akhir) seluruh urusan kami akhir yang baik dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan adzab akhirat." (HR. Ahmad)

6. Memohon kepada Allah عزّوجلّ kenikmatan yang langgeng dan perlindungan dari hilangnya kenikmatan tersebut.

Nikmat yang paling agung adalah mendapatkan petunjuk kepada agama Allah (Islam) sebagaimana hadits Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم berdo'a:

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

"Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku penjaga segala urusanku dan perbaikilah bagiku duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku dan perbaikilah bagiku akhiratku yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah kehidupan ini bagiku tempat bertambahnya setiap kebaikan, dan jadikanlah kematian itu istirahatku dari setiap kejelekan. " (HR. Muslim).

Dari Abdullah Ibnu Umar رضي الله عنهما berkata, adalah do'a dari Nabi صلى الله عليه وسلم:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dan hilangnya nikmat-Mu dan berubahnya keselamatan, dan azab yang tiba-tiba datang, dan seluruh kemurkaan-Mu." (HR. Muslim).

7. Berlindung kepada Allah dari cobaan yang berat, kesengsaraan yang dalam, ketetapan (takdir) yang jelek dan dari kesenangan musuh-musuh.

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم:

كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْ سُوءِ الْقَضَاءِ وَمِنْ دَرَكِ الشَّقَاءِ وَمِنْ شَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ وَمِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ

"Beliau selalu berlindung dari ketetapan yang jelek, kesengsaraan yang dalam, senangnya musuh-musuh dan dari beratnya cobaan" (HR. Muslim).

Dan contoh-contoh ini merupakan permohonan-permohonan yang penting di mana tidak sepantasnyalah seorang hamba melalaikannya, dan hendaklah setiap hamba tidak melalaikan do'a kebaikan dirinya, keturunannya, dan seluruh kaum Muslimin, mudah-mudahan shalawat dan salam serta barokah, Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka dengan baik sampai hari pembalasan.[]



[1] Jamak dari qima'un yaitu berupa corong yang dipasang di atas suatu bejana untuk mengisi benda cair berupa minuman dan minyak, Rasulullah mengupamakan pendengaran orang-orang yang mendengar suatu ucapan sedangkan mereka tidak memahaminya, tidak menghapalkannya, dan tidak mengamalkannya, dengan sebuah corong yang tidak menampung sesuatu untuk mengisi apabila benda cair, ucapan yang dikatakan atau didengar hanya begitu saja sebagaimana benda cair melewati corong tersebut.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter