Apa yang Harus Dikatakan dan Dilakukan Orang yang Melakukan Dosa


Disalin dari: 1. Terjemah Hishnul Muslim oleh Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, hal. 126

2. Terjemah Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad,
dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, hal 365-366.

UCAPAN ORANG
YANG MELAKUKAN DOSA

مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُوْرَ، ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ

"Setiap hamba yang melakukan perbuatan dosa, kemudian dia bersuci, lalu bangun untuk shalat dua raka'at, kemudian dia beristighfar, niscaya Allah mengampuni dosanya." [1]

SYARAH APA YANG HARUS DIKATAKAN
DAN DILAKUKAN ORANG YANG MELAKUKAN DOSA

مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُوْرَ، ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ

"Tidaklah setiap hamba yang melakukan perbuatan dosa, kemudian dia bersuci, lalu bangun untuk shalat dua raka'at, kemudian dia beristighfar, kecuali Allah mengampuni dosanya." [2]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan مَا مِنْ عَبْدٍ 'tidaklah setiap hamba' , baik dia laki-laki atau perempuan.

Ungkapan يُذْنِبُ ذَنْبًا 'melakukan perbuatan dosa', dengan kata lain, dosa apa pun juga.

Ungkapan فَيُحْسِنُ الطُّهُوْرَ 'kemudian dia bersuci', dengan kata lain, wudhu atau mandi.

Ungkapan ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ 'kemudian dia beristighfar', dengan kata lain, karena dosa yang telah dia lakukan itu. Yang dimaksud dengan istighfar adalah taubat: penyesalan, rasa kapok, dan keinginan kuat untuk tidak kembali melakukannya untuk selama-lamanya. Dan harus memenuhi hak-hak, jika ada.

Disebutkan di bagian akhir hadits ini,

ثُمَّ قَرَأَ صلى الله عليه وسلم أَوْ أَبُوبَكْرٍ رضي الله عنه قَوْلَهُ تَعَالَى: وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ . أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

"Kemudian beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam atau Abu Bakar Radhiyallahu Anhu membaca firman Allah Ta'ala, Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerja-kan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.'" (QS. Ali Imran: 135-136).[]

SHALAT TAUBAT

PENDAHULUAN

Termasuk rahmat Alloh Ta'ala kepada umat ini adalah terbukanya pintu taubat bagi mereka. Pintu tersebut tiada tertutup hingga nyawa sampai di kerongkongan atau turunnya azab atau terbitnya matahari dari arah barat.

Dan termasuk rahmat Alloh عزّوجلّ bahwa Dia mensyariatkan bagi mereka suatu ibadah yang paling utama, yang bisa dijadikan oleh seorang hamba yang berdosa kepada Alloh عزّوجلّ sebagai perantara agar taubatnya diterima, ibadah tersebut adalah sholat taubat.

Mengingat bahwa ibadah yang mulia ini dan sunnah yang shohih ini telah ditinggalkan kebanyakan dari kaum muslimin, sehingga seakan-akan hilang dari mereka. Bahkan terkadang mereka menggantinya dengan perkara-perkara lain yang tidak disyariatkan. Maka kami ingin membahas permasalahan ini secara khusus. [3]

DALIL DISYARIATKANNYA SHOLAT TAUBAT

Para ulama telah bersepakat tentang disyariatkannya sholat taubat, berdasarkan hadits berikut:

عَنْ عَلِيًّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رضي الله عنه يَقُولُ كُنْتُ رَجُلاً إِذَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيْثًا نَفَّعَنِيَ اللهُ مِنْهُ بِـمَا شَاءَ أَنْ يَنْفَعَنِيَ وَإِذَا حَدَّثَنِي أَحَدَ مِنْ أَصْحَابِهِ إِسْتَخْلَفْتُهُ فَإِذَا حَلَفَ لِي صَدَقْتُهُ قَالَ وَحَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ رضي الله عنه وَصَدَقَ أَبُو بَكْرٍ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُوْرَ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفَرُ اللهَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ هذِهِ الآيَةَ { وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاخِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ.... } إِلَى آخِرِ الآيَةِ

"Dari Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه berkata: Saya adalah seorang yang apabila mendengarkan suatu hadits dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم, maka Alloh memberiku manfaat yang dikehendaki-Nya, dan apabila seorang dari sahabat bercerita padaku suatu hadits, maka saya akan memintanya supaya bersumpah, apabila dia bersumpah, saya akan membenarkannya. Dan Abu Bakr رضي الله عنه telah bercerita padaku sedangkan beliau رضي الله عنه adalah orang yang jujur. Beliau berkata: Saya mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: Tidaklah seorang hamba melakukan suatu dosa kemudian berwudlu dengan baik lalu sholat dua roka'at dan memohon ampun kepada Alloh, kecuali Alloh pasti mengampuninya. Kemudian Rosululloh صلى الله عليه وسلم membaca ayat: Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Alloh... hingga akhir ayat." (QS: Ali-Imron[3]:135). [4]

Al-Hafizh Ibnu Katsir رحمه الله berkata: "Ketika taubat ditekankan untuk wudlu lalu sholat dua roka'at Berdasarkan riwayat imam Ahmad bin Hanbal (lalu beliau menyebutkan hadits di atas). Demikianlah diriwayatkan Ali al-Madini, al-Humaidi, Abu Bakr bin Abi Syaibah, penyusun kitab Sunan (at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah -pent.), Ibnu Hibban dalam Shohihnya, al-Bazzar dan ad-Daruquthni melaui beberapa jalur dari Utsman bin Mughiroh dengan sanadnya. at-Tirmidzi mengatakan: Hadits ini hasan. Dan saya (Ibnu Katsir رحمه الله) telah memaparkan jalan-jalan hadits ini secara panjang-lebar dalam kitab Musnad Abu Bakr as-Shiddiq. Kesimpulannya bahwa hadits ini adalah hasan." [5]

SEBAB SHOLAT TAUBAT

Sebab sholat taubat adalah ketika seorang muslim terjatuh dalam kemaksiatan dan dosa, baik dosa besar atau dosa kecil. Hendaknya dia segera bertaubat dan disunnahkan baginya untuk melakukan sholat dua roka'at serta mengamalkan amalan-amalan sholih yang paling utama.

Berkata Syaikh Abdurrohman bin Qosim ketika menjelaskan hadits dari Abu Bakr رضي الله عنه di atas: "Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mengamalkan berbagai macam ketaatan ketika bertaubat, yaitu menyesali diri, bersuci, sholat dan meminta ampunan. Apabila dia melakukan amalan tersebut dengan sempurna, niscaya Alloh akan mengampuninya berdasarkan janji Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang pasti benar." [6]

WAKTU SHOLAT TAUBAT

Disunnahkan melakukan sholat taubat ini ketika seorang muslim berkeinginan kuat untuk bertaubat dari dosa-dosa yang pernah dilakukannya, baik secara langsung setelah melakukan maksiat tersebut atau sesudah beberapa waktu.

Sewajibnya bagi seseorang yang berbuat dosa untuk bersegera taubat, akan tetapi apabila dia menunda maka tetap diterima, karena taubat itu diterima apabila tidak ada salah satu penghalang berikut:

1. Apabila dia putus asa dari kehidupan, telah datang sakarotul maut dan ruh sudah sampai di kerongkongan.

Alloh سبحانه و تعالي berfirman:

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ

"Dan tidaklah taubat itu diterima Alloh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : Sesungguhnya saya bertaubat sekarang." (QS. an-Nisa'[4]:18)

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْد مَا لَمْ يُغَرغِرْ

"Sesungguhnya Alloh menerima taubat hamba selama nyawa belum sampai di tenggorokan." [7]

2. Apabila telah turun azab

Alloh سبحانه و تعالي berfirman:

فَلَمْ يَكُ يَنفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ

"Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa kami. Itulah sunnah Alloh yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir." (QS. Ghofir[40]:85)

3. Apabila matahari terbit dari arah barat

Firman Alloh سبحانه و تعالي:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لاَ يَنفَعُ نَفْساً إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِن قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْراً

"Pada hari datangnya ayat dari Robbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau Dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya." (QS. al-An'am[6]:158)

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَمْسُ مِنْ مَغْرِبِـهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ

"Barangsiapa yang bertaubat sebelum terbitnya matahari dari arah barat maka Alloh akan menerima taubatnya." [8]

Sholat taubat ini disyariatkan pada setiap waktu, sekalipun waktu-waktu yang terlarang juga boleh, karena ini termasuk sholat yang memiliki sebab. [9]

SHOLAT TAUBAT, SEBELUM TAUBAT
ATAUKAH SESUDAHNYA?

Para ulama berselisih pendapat mengenai sholat taubat, apakah dilaksanakan sebelum taubat atau setelahnya, sehingga terpilah menjadi tiga pendapat:

1. Sholat taubat dilaksanakan sebelum taubat.

2. Sholat taubat dilaksanakan setelah taubat.

3. Sholat taubat boleh dilaksanakan setelah taubat atau sebelumnya.

Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama karena dalilnya lebih kuat. Sedangkan dua pendapat yang lain tidak didukung oleh dalil yang kuat. Hadits Abu Bakr رضي الله عنه sangat jelas menunjukkan bahwa sholat taubat itu dilakukan sebelum taubat bukan setelahnya. Di mana Nabi صلى الله عليه وسلم menyebutkan sholat kemudian mengiringinya dengan istighfar (meminta ampunan) yang merupakan bagian dari taubat dengan huruf ثُـمَّ yang berfungsi menunjukkan arti setelah/ kemudian secara tertib. [10]

SIFAT SHOLAT TAUBAT

Dari penjelasan hadits-hadits tentang masalah ini, dapat disimpulkan bahwa sifat sholat taubat adalah sebagai berikut:

1. Sholat taubat adalah sholat nafilah (sunnah), maka seperti halnya sholat-sholat sunnah lainnya diharuskan untuknya semua syarat, rukun dan kewajiban-kewajiban sholat.

2. Sholat taubat sebanyak dua roka'at.

3. Sholat taubat dilakukan secara sendiri, bukan secara berjama'ah.

4. Setelah sholat taubat disunnahkan untuk meminta ampunan kepada Alloh عزّوجلّ.

5. Adakah ketentuan ibadah dengan bilangan tertentu?! Berkata al-Ghozali رحمه الله. "Hendaknya seorang setelah berbuat dosa untuk melakukan sholat dua roka'at, kemudian beristighfar 70 kali dan mengucapkan subhanalloh wa bihamdih 100 kali, kemudian mengeluarkan shodaqoh dan puasa satu hari." [11]

6. Ucapan ini perlu diteliti kembali, sebab istighfar, tasbih, tahmid, shodaqoh dan puasa memang disyariatkan secara umum. Namun penentuan tasbih, tahmid, puasa, dengan bilangan tertentu seperti di atas tidak ada dalilnya, bahkan ini termasuk bid'ah yang diharamkan, sebagaimana dalam hadits shohih:

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيْهِ فَهُوَ رَدٌّ

"Dari Aisyah رضي الله عنها berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: Barangsiapa membuat-buat perkara baru dalam agama ini apa yang tidak dicontohkan maka dia tertolak." [12]

7. Adakah bacaan surat tertentu dalam sholat taubat?! Mula Ali al-Qori menyebutkan, dianjurkan membaca dalam sholat taubat ini surat al-Ikhlas dan surat al-Kafirun, serta membaca ayat:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Alloh? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imron[3]:135)

Dan juga ayat berikut:

وَمَن يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ غَفُوراً رَّحِيماً

"Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Alloh, niscaya ia mendapati Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. an-Nisa'[4]:110)

Namun, pengkhususan surat dan ayat seperti ini tidak benar dan tidak disyariatkan, karena hal itu tidak ada ketentuannya dari Nabi صلى الله عليه وسلم.

KESIMPULAN

Dari pembahasan singkat di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan berikut:

1. Sahnya hadits tentang sholat taubat dari Nabi صلى الله عليه وسلم.

2. Sholat taubat disyariatkan bagi seorang muslim ketika bertaubat dari dosa, baik dosa kecil atau dosa besar, baik setelah melakukan dosa secara langsung ataupun setelah berlalunya waktu.

3. Boleh melakukan sholat taubat pada setiap waktu, termasuk waktu-waktu yang pada asalnya terlarang, karena sholat taubat termasuk sholat yang memiliki sebab.

4. Sholat taubat dilakukan sebelum taubat, bukan setelahnya.

5. Sholat taubat ini memiliki rukun-rukun dan kewajiban, sebagaimana halnya sholat-sholat sunnah yang lainnya, dan sholat ini sebanyak dua roka'at.

6. Setelah melakukan sholat taubat dianjurkan memperbanyak melakukan kebaikan, seperti shodaqoh, dzikir, puasa dan lain sebagainya.

Demikianlah pembahasan yang dapat kami ketengahkan kepada saudara pembaca. Kita berdo'a kepada Alloh عزّوجلّ agar menjadikan tulisan ini bermanfaat bagi semuanya. Amin.[]



[1] HR. Abu Dawud: 2/86, At-Tirmidzi: 2/257, lihat Shahih Abu Dawud: 1/283.

[2] Abu Dawud, (2/86). no. 1521; At-Tirmidzi. (2/257), no. 406 dan 3007; dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud (1/283).

[3] Pembahasan ini banyak mengambil manfaat dari risalah Dr. Abdulloh bin Abdil Aziz al-Jibrin yang berjudul Sholat Taubat, cet. Dar Alamil Fawaid, Makkah, KSA, cet. pertama 1422 H.

[4] HASAN . Dikeluarkan oleh Abu Dawud: 1521, at-Tirmidzi: (406, 3006), Ibnu Majah: 1395, an-Nasa'i dalam 'Amalul Yaum wal Lailah dan Sunan Kubro sebagaimana dalam Tuhfatul Asyrof: 5/300 karya al-Mizzi, Ahmad dalam Musnad-nya (1/1,2,9,10), Ibnu Hibban dalam Shahih-nya: 623, al-Baihaqi dalam Sunan Kubro: 6/315 dan Syu'abul Iman: (7077, 7078), al-Baghowi dalam Syarh Sunnah: (4/151-152), Ibnu Sunni dalam 'Amalul Yaum wal Lailah: 361, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushonnaf: 764, al-Uqaily dalam adh-Dhu'afa: 1/106, Ibnu 'Adi dalam al-Kamil: 1/142, ath-Thobari dalam Tafsir-nya: 3/96, Abdu bin Humaid, ad-Daruquthni, al-Bazzar dan selainnya sebagaimana dalam ad-Durrul Mantsur: 1/77 oleh as-Suyuthi. Hadits ini derajatnya hasan sebagaimana dikatakan Imam at-Tirmidzi, al-Baghowi, Ibnu Adi, Ibnu Hajar dalam Fathul Bari: 11/98 dan Tahdzib Tahdzib: 1/230 dan Syaikh al-Albani dalam al-Misykah: 1324.

[5] Tafsir al-Qur'anil 'Adhim : 2/104-105, QS. Ali Imron[3]:135.

[6] al-Ihkam Syarh Ushul Ahkam : l/123.

[7] HR. Ahmad: 9/17, at-Tirmidzi: 3537, Ibnu Majah: 4253, dan dishohihkan al-Albani dalam Shohihul Jami': l/386.

[8] HR. Muslim: 207.

[9] Lihat Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: 23/215.

[10] Lihat Rosful Mabani hlm. 220 dan Mu'jam Mufashol fi I'rob hlm. 142.

[11] Ihya' Ulumuddin : 4/49.

[12] HR. al-Bukhori: 2697 dan Muslim: 12/16.

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter