Oleh:
Syaikh Dr. Muhammad bin Musa Alu Nashr
Syiah dikenal dengan sebutan Rafidhah karena mereka menolak mengakui khilafah Abu Bakar رضي الله عنه dan Umar bin Khaththab رضي الله عنه dan penolakan mereka atas sanjungan Zaid bin Ali bin Husain رحمه الله terhadap dua orang terbaik umat itu. Mereka menyikapi jawaban Zaid bin Ali bin Husain رحمه الله dengan, " Rafadhnaka" yang artinya kami menolakmu. Akhirnya mereka dikenal dengan nama Rafidhah.
Rafidhah adalah salah satu sekte Syiah, dan memiliki banyak nama diantaranya al-Itsna Asyariyah, Ja'fariyyah, Imamiyyah dan nama yang lainnya, akan tetapi hakikatnya sama. Apabila pada zaman ini disebutkan kata Syiah secara mutlak, maka tidak lain yang dimaksudkan adalah Rafidhah.
Rafidhah memiliki keyakinan-keyakinan yang sangat bertentangan dengan Islam yang mereka jadikan sebagai dasar agama mereka. Di antara kerusakan keyakinan mereka adalah:
1. Al-Qur’an yang dijamin keutuhan dan keasliannya oleh Allah عزّوجلّ telah banyak berkurang dan mengalami banyak perubahan. Bahkan menurut mereka, al-Qur’an hanya sepertiga dari al-Qur’an yang dipegang 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه yang mereka sebut dengan Mushaf Fathimah yang turun temurun dibawa oleh para imam dan sekarang dibawa oleh Imam al-Muntazhar (imam yang mereka tunggu kedatangannya)?!!
2. Al-Qur"an tidak bisa dipahami kecuali dengan penafsiran para imam dua belas.
3. Mereka melakukan ta'thil (meniadakan) nama-nama dan sifat-sifat Allah عزّوجلّ sehingga dalam konteks ini mereka termasuk kaum Jahmiyyah.
4. Iman dalam pandangan mereka adalah mengenal dan mencintai para imam.
5. Mereka menafikan takdir sehingga mereka termasuk golongan Qadariyyah (kelompok yang tidak mengimani takdir)
6. Mereka meyakini Rasulullah صلي الله عليه وسلم berwasiat kepada 'Ali رضي الله عنه untuk menggantikannya sebagai khalifah sepeninggalnya.
7. Pengkafiran terhadap para Sahabat Nabi dan keyakinan bahwa para Sahabat Nabi telah murtad kecuali hanya beberapa orang saja dari mereka.
Tentang keyakinan ini, Imam Abu Zur'ah رحمه الله berkomentar untuk mendudukkan tujuan utama yang mereka bidik melalui pengkafiran umum terhadap Sahabat Nabi رضي الله عنهم: "Sesungguhnya tujuan mereka mencela para Sahabat رضي الله عنهم adalah untuk mendongkel al-Quran dan Sunnah. Kalau pembawa dan penyampai agama ini adalah orang-orang yang murtad, bagaimana kita menerima apa yang mereka sampaikan. (Inilah tujuan mereka, red). Allah عزّوجلّ berfirman:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِؤُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci (QS. ash-Shaff/61:8)
"Barangsiapa memiliki anggapan bahwa para Sahabat رضي الله عنهم telah murtad kecuali hanya beberapa orang yang hanya mencapai belasan orang saja atau kebanyakan merupakan orang-orang fasik setelah meninggalnya Rasulullah صلي الله عليه وسلم, maka tidak diragukan lagi anggapan ini adalah satu kekufuran, karena telah mendustakan ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan keridhaan dan pujian Allah عزّوجلّ terhadap para Sahabat. Bahkan orang yang meragukan kekufuran keyakinan seperti ini maka kekufuran orang yang meragukan itu sudah pasti. Sesungguhnya anggapan ini juga mengharuskan bahwa penyampai al-Qur'an dan Sunnah adalah orang-orang kafir dan fasik. (Berdasarkan keyakinan mereka yang rusak itu), firman Allah عزّوجلّ berikut:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (QS. Ali 'Imran/3:110)
memberikan makna bahwa umat yang terbaik dan generasi pertama umat adalah orang-orang kafir dan fasik yang berarti bahwa umat ini adalah sejelek-jelek urnat dan yang terjelek adalah generasi awalnya. Kekufuran keyakinan seperti ini sangat nyata dalam Islam". [3]
8. Para imam dua belas mendapatkan wahyu dari Allah عزّوجلّ, sehingga kaum Syiah mendefinisikan Sunnah dengan istilah segala yang berasal dari orang ma'shum (yang terjaga dari dosa dan kesalahan) baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun taqrir (pembenaran). Menurut mereka, hanya 'Ali bin Abi Thalib yang menguasai Sunnah-sunnah Rasulullah صلي الله عليه وسلم.
9. Imamah (kepemimpinan) kaum Muslimin hanya dipegang oleh Imam Dua Belas. Mereka mencela dan tidak mengakui khilaf ah Abu Bakar رضي الله عنه dan 'Umar رضي الله عنه.
Tentang keyakinan ini, Imam Syafi'i رحمه الله berkata, "Barangsiapa tidak mengakui khilafah (kepemimpinan) Abu Bakar رضي الله عنه dan 'Umar رضي الله عنه, dia adalah seorang rafidhi"
10. Para imam memiliki sifat ma'shum, terjaga dari kesalahan mereka, tidak pernah lupa dan selalu mengetahui apa yang terjadi dan yang akan terjadi.
11. Para imam tidak akan mati kecuali dengan keinginan mereka.
12. Para imam akan bangkit dari kubur apabila mereka menghendaki, untuk menjumpai sebagian manusia. Keyakinan ini mereka sebut dengan akidah zhuhur
13. Para imam dan wali lebih mulia daripada para nabi dan rasul.
14. Para imam akan kembali ke dunia setelah kematian mereka demikian pula Ahlussunnah. Mereka kemudian akan membalas para Sahabat, menyalib Abu Bakar رضي الله عنه dan 'Umar رضي الله عنه dan menegakkan hukuman zina terhadap 'Aisyah رضي الله عنها - semoga Allah menghancurkan mereka-. Keyakinan ini mereka sebut dengan akidah ar-raj'ah.
15. Kuburan para imam adalah tempat-tempat suci.
16. Keyakinan bada' yaitu terkuaknya sesuatu bagi Allah setelah sebelumnya tersembunyi sehingga menyebabkan Allah menarik perkataan yang telah difirmankan atau perbuatan yang dilakukan. Maha suci Allah atas apa yang mereka katakan.
17. Mereka berkeyakinan orang-orang di luar mereka adalah kafir, sama sekali tidak berhak untuk masuk surga.
18. Mereka berkeyakinan bahwa seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Ahlussunah akan diberikan untuk Syiah dan dosa-dosa Syiah akan dibebankan kepada Ahlussunnah. Akidah ini yang mereka sebut dengan istilah ath-thinah.
19. Kewajiban melakukan taqiyah, yaitu seorang penganut agama Syiah berkata dengan perkataan yang berbeda dengan apa yang dia yakini, atau menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada pada hatinya. Keyakinan taqiyah ini merupakan satu kewajiban bagi para penganut Syiah. Oleh karena itu, penganut Syiah mengerjakan shalat di belakang Ahlussunnah dalam rangka taqiyah (melindungi diri) dan pujian-pujian para imam mereka terhadap para Sahabat dilakukan dalam rangka menjalankan taqiyah.
20. Imam yang kedua belas, Muhammad bin Hasan al-'Asykari telah memasuki salah satu gua di daerah Samira tahun 260 H pada saat masih kecil. Ia telah menjadi seorang imam sejak kematian ayahnya sampai hari ini. Padahal fakta menyatakan bahwa Hasan al-Askari meninggal dalam keadaan mandul, tidak memiliki anak.
21. Halalnya darah dan kehormatan Ahlussunnah. Menurut mereka, boleh menggunjing, mencela bahkan melaknat Ahlussunnah.
22. Menghalalkan nikah mut'ah (kawin kontrak). Bahkan menurut mereka nikah mut'ah lebih utama daripada menjalankan shalat, puasa, dan haji.
RENUNGAN
Setelah penyampaian keyakinan Syiah secara global ini, Syaikh Dr. Muhammad Musa Alu Nashr خفظه الله mengatakan: "Setelah pemaparan semua ini, bolehkah kita katakan bahwa Syiah adalah saudara-saudara kita atau mengatakan bahwa mereka adalah ahli tauhid?!. [4] Mustahil, kalau keyakinan-keyakinan ini hanya sebuah aliran saja. Akan tetapi, itu merupakan sebuah agama tersendiri (Syiah). Syiah adalah sebuah agama. Dan agama Ahlussunnah [Islam] adalah risalah yang dibawa oleh utusan Penguasa alam semesta, Muhammad صلي الله عليه وسلم.
Akidah mereka yang sesat ini tertulis di dalam kitab-kitab para agamawan mereka dan tidak perlu kita nukilkan omongan-omongan mereka karena hanya akan menyesakkan dada dan mengeruhkan pikiran. Orang-orang yang masih memiliki akal sehat dan pikiran yang lurus akan enggan mendengarkannya, apalagi sampai mau mengikuti mereka.
Allah عزّوجلّ telah mendatangkan dari kalangan Ahlussunnah, orang-orang (ulama) yang mematahkan syubhat mereka, menguliti kegelapan akidah mereka, menguak kesesatan dan kebodohan mereka, membantah kedustaan mereka, menjelaskan pengkaburan dan penipuan yang mereka lakukan, membuka kedok kepalsuan dan penyimpangan mereka, membersikan nama para Sahabat Rasulullah dari kedustaan dan celaan- celaan yang mereka lancarkan...
Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata:
لَيُحِبُّنِيْ رِجَالٌ يُدْخِلُهُمُ اللهُ بِحُبِّيْ النَّارَ وَيُبْغِضُنِيْ رِجَالٌ يُدْخِلُهُمُ اللهُ بِبُغْضِيْ النَّارَ
Sungguh akan ada orang-orang yang dimasukan oleh Allah ke dalam neraka karena kecintaan mereka kepadaku. Dan sungguh akan ada orang-orang yang dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka karena kebencian mereka kepadaku. [5]
[1] Disalin dari Majalah As-Sunnah ed.06 / Th. XIV 1431/ 2010 –Ibnu Majjah-
[2] Diringkas dari al-Intishar bi Syarhi 'Aqidati Aimmatil Amshar, karya Syaikh Dr. Muhammad bin Musa Alu Nashr, ad-Darul Atsariyyah, Aman, Yordania, Cet. I Th. 2008, hlm. 341-348
[3] Ash-Sharimul Maslul hlm. 586-587
[4] Syaikh Dr. Muhammad bin Musa Alu Nashr mengatakan, "Akan tetapi, kita tidak boleh mengkafirkan kalangan awam mereka. Vonis pengkafiran ini terarah kepada para pemakai imamah (agamawan mereka), tokoh-tokoh yang menggiring orang-orang yang buta. Mereka ini lebih sesat dan lebih celaka. Sebab mengetahui (kebenaran), namun menyelewengkannya". al-Intishar bi Syarhi 'Aqidati Aimmatil Amshar, hlm. 344
[5] Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abi 'Ashim no 983, 'Abdullah bin Imam Ahmad no. 1344, al-Ajurri no. 2087
Posting Komentar
Posting Komentar