Ebook ini disalin dari buku: Dasar-dasar AQIDAH Para Imam Salaf, Karya: DR. Abdullah bin Abdul Muhsin At Turki
Aqidah Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qirawani Al- Maliki رحمه الله
Imam Ibnu Abi Zaid Al-Qirawani [1] dalam bab: Maa Tanthiqu bihi al Alsinatu wa Ta'taqiduhu al Af-idatu min Wajib Umuri ad Dien, berkata: "Di antaranya: iman dengan kalbu dan ucapan dengan lisan: Bahwa Allah itu Tuhan Yang Esa tak ada Tuhan selain-Nya dan tak ada yang menyerupai-Nya. Juga tak ada sekutu selain Dia, tak beranak dan tak berbapak serta tak beristeri. Awal-Nya tak bepermulaan dan keakhiran-Nya tak berujung. Hakekat dari sifat-Nya tak terjangkau oleh mereka yang mensifati, perkara-Nya tak terjangkau oleh para pemikir. Mereka yang berpikir dapat mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya namun mereka tak mampu memikirkan hakikai Dzat-Nya:
وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
"Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al Baqarah: 255).
Dia Maha mengetahui lagi Mha awas, Yang mengurus lagi Maha Kuasa, Maha Mendengar, Maha Melihat lagi Maha Luhur dan Maha Besar. Dia di atas arasynya yang agung dengan Dzat-Nya. Ilmu-Nya meliputi setiap tempat. Dia telah menciptakan manusia dan mengetahui suara jiwanya sementara Dia lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya:
وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
"... dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya dan tidak sebutir bijipun yang jatuh dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). " (QS. Al An'am: 59).
Di atas arasy Dia bersamayam, seluruh kerajaan Dia urus dan Dia tundukkan. Dia memiliki Asmaul Husna dan sifat-iftt yang luhur yang senantiasa tetap dengan seluruh sifat dan asma-Nya, Maha Suci keberadaan sifat-sifat dan asma-Nya dari sifat-sifat makhluk dan sesuatu yang baru. Dia mengajak Musa berbicara dengan firman-Nya yang merupakan sifat Dzat-Nya, bukan makhluk dan Dia bertajalli (menampakkan diri) pada gunung yang karena kemahaagungan-Nya gunung itupun pecah dan terbelah.
Al Qur'an itu kalamullah, bukan makhluk yang kemudian binasa, juga tidak bersifat sebagaimana sifat makhluk yang bisa musnah. Dan iman kepada takdir, baik dan buruk, manis dan pahit, semuanya ditentukan oleh Tuhan kita. Di tangan-Nyalah terletak ketentuan seluruh perkara dan Qadha-Nya merupakan sumber segala urusan. Dia telah mengetahui segala sesuatu sebelum sesuatu tersebut ada, maka segala sesuatu berjalan sesuai dengan takdir-Nya. Tidaklah ada ucapan dan perbuatan hamba melainkan telah ditetapkan dan telah diketahui oleh-Nya;
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
"Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan kamu rahasiakan), dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui. " (QS. Al Mulk: 14).
Dialah yang menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya sehingga terhina sesuai dengan keadilan-Nya dan Dia memberi hidayah kepada siapa saja yang diinginkan-Nya sehingga mendapat petujuk dengan karunia-Nya. Masing-masing dimudahkan kepada apa yang telah ditetapkan dan diketahui oleh ilmu-Nya, apakah ia celaka atau bahagia.
Maha Suci Allah dari sesuatu yang tidak Dia inginkan di kerajaan-Nya atau dari adanya sesuatu yang tak butuh kepada-Nya Dia Pencipta segala sesuatu. Ketahuilah, Dialah Tuhan seluruh hamba dan Tuhan amal mereka. Dia Penentu gerak dan ajal mereka, Yang mengutus para Rasul kepada mereka untuk menegakkan hujjah (argumentasi) kepada mereka lalu menutup risalah dan nubuwah dengan Muhammad صلي الله عليه وسلم. sehingga Dia menjadikannya penutup para Rasul, membawa berita gembira dan ancaman dan menyeru kepada Allah dengan izin-Nya serta menjadi lampu penerang. Dan Dia turunkan kepadanya kitab-Nya yang bijak dengan agama yang lurus dan memberinya hidayah kepada shiraatal mustaqiim (jalan yang lurus), dan bahwa kiamat pasti terjadi tanpa diragukan serta Allah pasti membangkitkan orang yang telah mati sebagaimana membangkitkannya pertama kali.
Allah سبحانه و تعالي melipatgandakan kebajikan (hasanah) untuk para hamba-Nya yang beriman, memaafkan mereka melalui taubat dari kesalahan dan dosa besar dan memaafkan mereka dari dosa kecil jika menjauhi dosa besar. Dia menjadikan urusan orang yang tidak taubat dari dosa besar berada pada masyi'ah/ kehedak-Nya:
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selain dari itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki. " (QS. An Nisa: 48).
Dan barangsiapa disiksa oleh Allah dengan siksa neraka, muka dia akan dikeluarkan oleh Allah, jika ia masih mempunyai iman (sebagai syarat, Ed.) agar dia dimasukkan ke surga-Nya
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ
“Maka barangsiapa yang beramal kebajikan sebesar dzarrahpun, dia akan melihat (balasannya)nya (QS. Al-Zalzalah: 7).
Dan akan keluar dari neraka dengan syafaat Nabi saw orang yang berbuat dosa besar dari umatnya.
Allah swt. telah menciptakan surga yang Dia sediakan buat para wali (pendukung/kekasih)-Nya di akherat dan memuliakan mereka dengan melihat Dia di surga, yaitu tempat yang dahulu dihuni oleh Adam, nabi dan khalifah-Nya dengan ilmu yang mendahuluinya.
Dia juga telah menciptakan neraka yang Dia sediakan di akhirat untuk orang kafir dan ingkar terhadap ayat-ayat, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya dan Dia jadikan mereka terhalang dari melihat Allah.
Bahwa Allah Tabaraka wa Taala akan datang pada hari kiaamat, sementara malaikat berbaris-baris untuk memeriksa dan menghisab umat manusia sedang mizan (timbangan) dipasang untuk menimbang amal para hamba:
فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Maka barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. " (QS. Al A'raf: 8).
Mereka akan menerima buku catatan amalnya:
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ. فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً.
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah." (Q.S. Al Insyiqaq: 7-8).
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاء ظَهْرِهِ. فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً. وَيَصْلَى سَعِيراً.
"Dan adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: 'Celakalah aku!' Dan dia akan masuk ke neraka yang menyala-nyala. " (Q.S. Al Insyiqaq: 10-12).
Dun bahwa shirat (jembatan) itu hak yang akan diseberangi oleh setiap hamba sesuai amalnya. Mereka ada yang selamat dari neraka jahanam dengan berbeda-beda kecepatan keselamatannya, dan ada pula yang ke neraka sesuai dengan kadar amalannya di dunia.
Juga beriman kepada haudh (telaga) Rasulullah صلي الله عليه وسلم. Di mana umatnya akan mendatanginya. Orang yang meminumnya tidak akan merasa haus lagi sedang orang yang mengganti dan mengubah akan dicegah darinya.
Bahwa iman itu diucapkan dengan lisan, diikhlaskan dalam hati dan diamalkan dengan anggota badan. Dia bertambah dengan bertambahnya amal dan berkurang dengan berkurangnya amal. Jadi, iman itu bertambah dan berkurang. Tidaklah sempurna ucapan dalam iman tanpa amal, juga ucapan dan amal tanpa niat. Juga tak sempurna ucapan, amal dan niat kecuali jika sesuai dengan sunnah.
Bahwa seorang dari ahli qiblat tak boleh kita hukumi kafir karena satu dosa dilakukannya.
Para syuhada itu hidup di sisi Tuhannya dengan diberi rizki dan arwah ahli surga tetap bersenang-senang sampai hari kebangkitan sedang ahli neraka disiksa sampai hari pembalasan. Dan orang-orang mukmin itu terkena fitnah kubur dengan menghadapi soal kubur:
يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ
"Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrahim: 27).
Bahwa bagi semua hamba ada malaikat Hafazhah (pengawas) yang mencatat amal mereka. Tak satu amalpun luput dan pengetahuannya.
Sedang malaikat maut mencabut ruh-ruh dengan izin-Nya
Bahwa kurun yang terbaik ialah kurun sahabat yang melihat dan hidup bersama Rasulullah dengan iman kepadanya, lalu kurun setelahnya. Sedang yang paling afdhal ialah Khulafaur Rasyidun yang telah mendapat hidayah dengan urutan Abu Bakar, Umar, Usman lalu Ali رضي الله عنهم. Kita tidak boleh menyebut-nyebut seorang sahabat Rasul kecuali kebaikannya dengan menahan mulut kita dari memperbincangkan hal-hal yang pernah diperselisihkan antara mereka. Mereka adalah orang yang paling berhak diberi maaf dan dianggap paling baik pendapatnya.
Kita juga harus menaati para imam kaum muslimin yang terdiri dari waliyul amri dan ulama, mengikuti jejak salafus shalihin dan memohonkan ampun untuk mereka, meninggalkan berbantahan dan pertengkaran sengit dalam soal agama dan meninggalkan bid'ah yang dibuat oleh para pembuatnya." [2]
AQIDAH IMAM IBNU ABI ZAID AL-QIRAWANI AL-MALIKI رحمه الله
[1] Abdullah bin Abdur Rahman Al Qirawani an Nafzawi Abu Muhammad, seorang fukaha Qairawan. Dia adalah imam aliran Malikiyah pada jamannya. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Ar Risalah. Wafat tahun 386 H. (Siyaru A'lam an Nubula 17/10-13).
[2] Ats Tsamaru dani Fi Taqrib al Maani, Syarah Risalah Ibnu Abi Zaid Al Qirawani halaman 9-24.
Posting Komentar
Posting Komentar